Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Aku menunggumu

Aku menunggumu... Dipersimpangan antara jarak dan waktu Dengan penuh tanya apakah kecepatanmu sama dengan kecepatanku Apakah dengan menambah kecepatan akan mengurangi jarak dan waktu? Atau apakah kita akan bertemu? Setelah sekian lama aku menunggu Aku menunggumu... Diantara bintang-bintang yang menemaniku Berharap bintangmu mendekat dan bersedia menjadi matahariku Tapi aku bukan planetmu, meski kamu matahariku Kita adalah bintang Yang sendiri tetap bersinar Yang berdua akan semakin bersinar Aku menunggumu... Untuk bermain bersama Untuk bersenang-senang, menari-nari, bernyanyi-nyanyi Untuk menikmati hidup di muka bumi Ah, meski tak selalu bahagia Kita hanya perlu memastikan bahwa kita menikmatinya Aku menunggumu... Meski tak selalu setia dan perjalanannya menorehkan luka Maaf untuk itu, Tapi jika kita tertakdir bersama... Kamu bisa apa? :p Aku tetap menunggumu... Bersama ribuan doa yang melangit Bersama tangis dan tawa yang be

Cerita Tentang Hidup

Gambar
1. Tentang Pernikahan Satu kabar yang membuat saya sedikit (oh, bukan. sepertinya banyak) berpikir tentang cinta dan pernikahan adalah kisah hidup dua orang ini. Saya hanya tau bagaimana mereka menikah dan menjalani tahun-tahun pertama pernikahan mereka. Saat itu, saya merasa sang istri begitu beruntung mendapatkan suami yang begitu memujanya, berusaha mati-matian untuk mendapatkannya meski perjuangan yang mereka lalui sangat tidak mudah untuk usia muda mereka kala itu. Namun kini, belasan tahun berlalu dari romantisme mereka saya terkejut dengan kabar bahwa mereka telah bercerai sementara anak ketiga mereka belumlah genap berusia satu tahun. Saya tidak tahu apa yang telah terjadi namun saya tidak menyangka bahwa semua itu bisa terjadi. Dulu, otak saya dipenuhi semua kisah fairy tale dan drama korea bahwa orang yang menikah pasti saling mencintai (kecuali Siti Nurbaya) dan jika mereka sudah menikah then they life happily ever after. Atau setidaknya jika mereka saling mencintai t

Proposal

Gilang duduk sambil mengatur nafasnya. Sesekali ia meminum air mineral dari botol di tangan   kanannya. Karin menatapnya mengejek, “Elo belum menang. Ayo, main lagi!” Katanya sambil men-dribble bola basket dengan tangan kanannya. Gilang hanya melambai mendengar ejekan Karin, “Gua capek.” Karin duduk di sebelah Gilang dan mengambil botol minuman Gilang dengan kasar dan menenggaknya. “Katanya laki-laki lebih kuat dari cewek?” Karin masih mengejek. “Ya, ceweknya jangan guru olahraga juga.” Gilang merebut kembali botol minumnya. “Guru olahraga kan juga cewek.” Karin terus mengejek. “Iya, cewek setengah cowok.” Sahut Gilang kesal.                                            “Yah, makanya kan kita nyambung. Elo kan cowok setengah cewek.” Karin nyengir. Memperlihatkan gigi kelincinya yang berbaris rapi. Gilang ikut tersenyum melihat keceriaan Karin, “Iya, kita cocok ya? Gimana kalau kita nikah aja?” Karin mendorong kepala Gilang, “Eh, kampret kecil. Elo kalahin