Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Love Song

"Here it is." Gilang handed a can of coffee to Karin. Karin smiles. "And don't sing that song!" Karin laughed, "Why?" "Then why you keep singing that song when I give you a cup of coffee?" Karin still laughed, "A cup? It is a can." Gilang rolled his eyes, "Whatever." "Why you keep complaining then?" "I just...get jealous of that coffee and tea. You always singing that you love them when you meet them. And you don't sing any song when you meet me." Karin laughed louder and start singing. I love coffee, I love tea I love the java jive and it loves me Coffee and tea and the java and me A cup, a cup, a cup, a cup, a cup! "Stop it! It's annoying you know!" Karin keep continuing singing her song I love java sweet and hot Oops, Mr. Gilang I'm a coffee pot Shoot me the pot and I'll pour me the pot A cup, a cup, a cup, a cup, a cup* 1 "Stop, please!" Karin

Aku, Dia, Es Krim, dan Bulan

Gambar
Bulan purnama malam ini. Betapa beruntungnya kami. Meski tidak ada perbedaan cahaya di taman ini karena lampu taman temaram itu telah mengsubtitusi cahaya bulan, aku tetap tersenyum sambil menatap laki-laki tampan di sebelahku yang asyik dengan es krim di tangannya. Dia menoleh sambil tersenyum membalas senyumku, "Apa?" Katanya. Aku menggeleng sambil tetap tersenyum, mengalihkan pandanganku pada lapangan di depan kami yang digunakan beberapa anak remaja untuk bermain skate board. Tidak ada percakapan diantara kami. Hanya sibuk dengan es krim di tangan masing-masing yang tinggal setengah. Udara panas di malam musim kemarau membuat rasa es krim ini terasa lebih nikmat. Apalagi memakannya bersama seseorang yang membuat hatimu hangat. Dan aku mendongak untuk memandang wajah tampannya lagi. Dia sedang menikmati sisa-sisa es krimnya sambil memperhatikan anak-anak yang kini beralih bermain bola basket. Dia menoleh lagi dan tersenyum lagi, "Apa?" Aku menggele

Kimbab/ Gimbab

Gambar
Sebenarnya ini bukan kali pertama saya membuat Kimbab. Bukan yang kedua kali juga, tetapi untuk yang ketiga kalinya. Pertama kali saya buat kimbab agak gagal sebenarnya. Karena nori (kim: dalam bahasa Korea, rumput laut pembungkus) yang saya gunakan terlalu kecil ukurannya, sehingga dengan kreativitas dan semangat yang memang tinggi waktu itu, saya menyatukan nori-nori kecil itu menjadi satu nori besar kemudian baru saya mulai menggulung. Kimbab pertama saya memang bentuknya nggak karuan, jelek banget. Tapi saya masih tetap percaya diri untuk membawanya ke kantor dan meminta semua (berlebihan, hampir semua) orang di kantor mencoba kimbab saya yang jelek itu. Dan komentar mereka tidak mengecewakan. Mereka bilang kimbab buatan saya enak, dan bahkan ada beberapa yang penasaran cara membuatnya. Ya maklumlah, orang Indonesia belum terbiasa dengan makanan-makanan seperti itu, jadi keliatanya sulit. Meski hasilnya jelek, tapi kimbab saya nggak hancur berantakan seperti yang digambar

Filosofi Stroberi

Gambar
Karena bulan September ini buruk buat saya, saya jadi lupa bahwa tahun ini adalah tahun kedua blog ini 'hidup'. Dan saya masih konsisten untuk menuliskan semua isi kepala, pengalaman hidup, dan hal-hal nggak jelas lainnya di sini. Alhamdulillah. Dan saya harus memberikan reward untuk diri saya sendiri atas keberhasilan itu ya. Dan sekarang saya mau bercerita tentang pemikiran saya tentang stroberi. Saya memang orang yang agak filosofis, suka merenungkan hal-hal yang tidak penting sampai tiba-tiba menjadi sebuah kalimat yang dalam maknanya. Dulu sih sempat berniat kuliah filsafat juga kayak Dian Sastro, tapi karena ditakut-takuti oleh kakak saya yang katanya nanti saya jadi gila, niat itu urung dilaksanakan. Lagian juga ngapain saya capek-capek ambil jurusan IPA kalo ujung-ujungnya kuliahnya filsafat, mending sekalian ngambil Sosial aja kan? Kenapa stroberi? Karena minggu lalu saya ke Ciwidey yang terkenal dengan stroberinya dan di mobil saya menonton film Indonesia yang jud

Bakso Tahu Kuah

Gambar
Heii, apa kabar? Masih apa kabar aja. Dan masih tidak baik-baik saja. Ini adalah posting pertama di label saya yang baru Cooking Story. Sebenarnya sudah lama banget saya mau buat postingan tentang kegiatan masak-memasak saya yang moody-an. Tapi berhubung emang kegiatannya moody dan masakannya suka aneh jadilah nggak kesampean tuh cerita-cerita yang begini di blog. Awalnya saya menamakannya Recipes bukan Cooking Story. Tapi setelah saya pikir-pikir. Siapalah saya sok bagi-bagi resep. Masak banyak gagalnya pula. Akhirnya saya putuskan untuk menamakannya Cooking Story. Karena ini bukan bagi-bagi resep masakan tetapi berbagi cerita tentang memasak sesuatu yang baru buat saya. Dan mungkin someday saat saya sudah bisa memasak segala jenis makanan yang saya inginkan dan rasanya sudah bisa dinikmati oleh berbagai kalangan saya akan membaca coretan ini sebagai perjuangan saya sebelum sampai pada tahap itu. Dan...masakan pertama yang saya uji coba adalah bakso tahu. Bukan pertama sih seben

Breakfast At Tiffany's (Bukan review cuma curhat)

Gambar
Bisa dibilang gw ini setengah feminis. Gw pernah 'perang' sama pacarnya temen gw di Facebook hanya karena gw nggak suka disebut wanita dan dia ngerasa nggak ada yang salah dengan penyebutan wanita. Yah okelah, untuk penyebutan wanita dan perempuan dan segala hal feminisme yang gw anut akan kita bahas di postingan lain. Karena postingan ini gw persembahkan untuk film yang gw idam-idamkan untuk gw tonton sejak sekitar tiga tahun yang lalu. Sebenarnya sampai sekarangpun gw belum pernah nonton filmnya. Mungkin mental bajakan gw udah semakin merajalela karena baru sekarang gw kepikiran beli DVD yang asli. Dan harganya di amazon itu bikin nangis. Besok-besok gw cari di toko DVD deh (kalo nggak lupa). Dan kenapa sih gw penasaran sama film (cerita) ini? Rasa penasaran gw dimulai saat gw baca novel yang tokoh utamanya tergila-gila sama Holly Golightly - tokoh utama dalam film Breakfast at Tiffany's -. Dalam novel yang gw baca ini digambarkan bahwa Holly Golightly adalah sosok

Dialog Lala & Arya part. 1

"Karena aku udah beda, Lala." Tanpa sayang. Biasanya Arya selalu menambahkan kata itu setelah ia menyebutkan nama Lala. Hal ini membuat hati Lala sedikit sakit. Yah, dia memang sudah berbeda. Hanya dalam hitungan satu minggu. "Apanya yang beda? Masalahnya? Kenapa kamu jadi sepesimis ini sih? Setiap orang yang masih bernafas pasti punya masalah. Hadapi saja dan nggak perlu meninggalkan yang sudah ada." Lala tidak habis pikir dengan jalan pikiran laki-laki di depannya. "Mimpinya. Aku udah nggak punya tujuan hidup lagi sekarang selain membuat Ibu bertahan lebih lama. Sedangkan kamu? Aku nggak mau mimpi kamu hancur." "Ada apa dengan mimpiku? Selama ini mimpi kita emang beda kan? Cuma kita saling dukung untuk mengejar mimpi kita. Kalo itu yang sekarang jadi mimpi kamu. Ya udah. Jalanin aja dan jangan paksa aku untuk pergi dari hidup kamu." Arya menghela nafas. Seandainya ia masih memiliki optimisme dan semangat yang dimiliki Lala, "Kondisinya

Chennai Express

Gambar
Postingan ini dibuat untuk membuat blog gw berisi bulan April di tahun 2015 ini :p. Sebenernya ada banyak banget yang ada di kepala gw tapi gw bingung yang mana yang mau gw tumpahkan sebagai tulisan. Tapi kayaknya itu akan menjadi sebuah tulisan yang lebih dalam maknanya dari tulisan review film ecek-ecek gw ini. Dan kenapa gw bikin review film ini? Awalnya gw suka film ini karena yang main Shahrukh Khan dan film ini light. Nggak terlalu berat kayak film India lainnya yang berkisar antara drama keluarga, kasta, dan mafia war. Tetapi setelah gw tonton berulang kali, gw semakin suka dan nggak bosen sama film ini. Gw adalah orang yang malas berpanjang kalam, karena kalo gw berpanjang kalam pasti ujungnya muter-muter tapi nggak sampai pada tujuannya. Jadi, review ini gw bikin poin per poin aja biar jelas dan lugas.  Positifnya dari film ini adalah: 1. Shahrukh Khan-nya keren dan Deepika Padukone-nya cantik. (Yang ini nggak perlu penjelasan kan?) 2. Kita bisa lihat buda

Menang, Kalah, atau Proses

Waktu gw lagi lucu-lucunya jadi pengangguran gw selalu nonton asian drama yang ditayangin kompas TV setiap jam 9 pagi. Saat itu yang lagi ditayangkan adalah drama Jepang 4 episode yang berjudul Proposal Brothers. Drama ini menceritakan tentang perjalanan cinta 4 saudara dalam menemukan cinta ditentukan dari sifatnya yang berdasarkan anak keberapa dia dalam sebuah keluarga. Yang gw tulis ini bukan ngebahas tentang drama itu. Tapi tentang perjuangan si anak kedua yang bernama Jiro dalam mendapatkan cintanya. Cuma ceritanya dia aja yang benar-benar membekas dalam ingatan gw dan buat gw jadi menghargai proses. Jadi karena si Jiro ini anak kedua maka dia terbiasa tidak menonjol. Dia terbiasa bekerja di balik layar. Karena fokus orang tuanya adalah si sulung yang diandalkan dan si bungsu yang dimanja (padahal kenyataannya nggak gitu juga). Suatu hari dia berkencan dengan resepsionis cantik di perusahaan kosmetik tempatnya magang, yang sayangnya dia harus bersaing dengan anak si pemilik pe

Tentang Hidup

Hidup itu ajaib. Persinggungan dengan hidup yang  lainlah yang membuatnya ajaib. Ada orang yang datang dan menetap lama. Ada yang hanya lewat dan pergi begitu saja. Ada yang meninggalkan luka yang begitu sadis. Ada juga yang memberikan kenangan teramat manis. Ada yang menjadi pendukung terbaik untuk kesuksesan. Ada yang menjadi pengkhianat sejati hingga menyebabkan kehancuran. Ada yang diratapi saat hidup sudah tak saling bersinggungan. Ada yang tertawa bahagia karena akhirnya tak adalagi yang bisa membuat hidup saling berdekatan. Tapi itulah hidup yang ajaib. Yang harus diterima setiap persinggungannya dengan hidup yang lain dan apapun yang diakibatkannya. Dan ada makna tersembunyi dibalik penerimaan hidup yang ajaib itu. Makna itu bernama BAHAGIA ^_^ # masihbelajar

I am Quit

Sebenernya gw udah males banget ngebahas masalah-masalah kayak gini yang kayaknya nggak bakalan ada habisnya sampai suatu saat nanti gw ketemu sama orang yang buat gw yakin gw mau menghabiskan sisa hidupnya sama dia. Tapi setelah gw pikir-pikir ini penting karena selama ini cowok-cowok yang mencoba untuk ‘dekat’ sama gw terjebak sama image yang mereka ciptakan sendiri tentang gw. Image yang sejujurnya berat banget untuk gw emban karena mereka nggak tau gw, nggak tau hidup gw, dan hanya melihat gw dari luar aja. Image itu bernama solehah. Entah apa yang ada dipikiran para pria itu sampai memberikan image yang begitu sempurna ke gw sementara gw masih nggak ada apa-apanya (tanya teman-teman gw kalo nggak percaya kalo sebenernya gw ini masih sering bandel).   Dan karena image itu mereka berpikir bahwa dengan ‘terlihat’ menjadi cowok soleh gw akan tertarik pada mereka. Iya, emang cowok soleh itu memilki daya tarik tersendiri buat gw (apalagi ganteng :P), tapi itu nggak serta merta memb