I am Quit


Sebenernya gw udah males banget ngebahas masalah-masalah kayak gini yang kayaknya nggak bakalan ada habisnya sampai suatu saat nanti gw ketemu sama orang yang buat gw yakin gw mau menghabiskan sisa hidupnya sama dia. Tapi setelah gw pikir-pikir ini penting karena selama ini cowok-cowok yang mencoba untuk ‘dekat’ sama gw terjebak sama image yang mereka ciptakan sendiri tentang gw. Image yang sejujurnya berat banget untuk gw emban karena mereka nggak tau gw, nggak tau hidup gw, dan hanya melihat gw dari luar aja.

Image itu bernama solehah. Entah apa yang ada dipikiran para pria itu sampai memberikan image yang begitu sempurna ke gw sementara gw masih nggak ada apa-apanya (tanya teman-teman gw kalo nggak percaya kalo sebenernya gw ini masih sering bandel).  Dan karena image itu mereka berpikir bahwa dengan ‘terlihat’ menjadi cowok soleh gw akan tertarik pada mereka. Iya, emang cowok soleh itu memilki daya tarik tersendiri buat gw (apalagi ganteng :P), tapi itu nggak serta merta membuat gw langsung tertarik sama orang yang status-status di medsosnya bawa2 nama Allah or anything like that. And FIY gw juga bukan orang yang suka menulis status apapun di medsos sok-sok islami atau apapun. Lagipula bukankah agama itu (terutama islam) untuk diamalkan? Bukan untuk dipamerkan, bukan? Jadi keliatan bro, yang mana benar-benar soleh atau yang mana yang cuma ingin keliatan soleh.

Dan sejujurnya yah. Gw lebih nyaman sama cowok yang memulai pendekatan ke gw dengan apa adanya. Mau elo brengsek atau soleh ya kondisi iddle lo saat ketemu gw ya seperti itu. Biar nanti hati lo yang memutuskan untuk belajar bareng-bareng untuk menjadi baik sama gw atau lebih nyaman dengan diri lo saat itu yang artinya gw harus pergi (sekeren apapun hal duniawi yang elo punya) karena gw nggak sanggup untuk mempertaruhkan nasib anak-anak gw ditangan seorang ayah yang nggak mau berusaha dan belajar untuk menjadi lebih baik. Nggak perlu berusaha terlihat baik di depan gw karena sejatinya pun gw masih jauh dalam perjalanan menjadi baik. Jadilah diri sendiri seburuk apapun itu, karena saat gw mencoba membuka hati untuk memulai hubungan dengan seseorang gw mencoba sekeras mungkin untuk menjadi diri sendiri, seburuk atau sebaik apapun gw keliatannya gw mencoba untuk nggak peduli. Karena siapapun yang tertakdir untuk gw juga nggak akan peduli dengan hal itu (minimal meskipun menjadi bahan pertimbangan tapi nggak akan melunturkan keyakinannya untuk menjadikan gw teman hidupnya)

So, untuk kali kedua gw berhasil lolos dari orang-orang yang solehnya ‘palsu’ hanya untuk menarik perhatian gw aja. Dan Alhamduillah, Allah sayang banget sama gw dan buat gw menyadarinya nggak selama yang pertama. Nggak ada tangis-tangisan, nggak ada galau-galauan, dan nggak ada hal menye-menye cewek yang biasa terjadi ketika patah hati. Karena saat ini gw dengan sangat sadar mengambil keputusan untuk mundur. Gw semakin nggak yakin sama dia dan kali ini gw harus nurut apa kata hati yang selama ini lebih sering gw ingkarin.

So, dear you!

Maaf, aku memutuskan untuk mundur dari pendekatan yang selama ini coba kita bangun. Apapun yang terjadi selama ini aku minta maaf. Jika ada secuil rasa yang kamu punya untukku mohon hilangkanlah karena saat ini pun semua rasa yang coba aku tumbuhkan untukmu telah mati secara perlahan. Mungkin kamu orang baik, mungkin ada sisi luar biasa yang kamu miliki yang tidak pernah aku tahu karena begitu singkatnya masa perkenalan kita. Tetapi hatiku telah memutuskan, aku tidak pernah yakin dengan apapun hal baik yang coba kamu tunjukkan padaku, kesolehan yang coba kau tunjukkan padaku terasa palsu dan itu adalah hal terbesar yang menjadi pertimbanganku untuk memutuskan untuk berhenti. Selain itu aku tidak bisa terima sikapmu yang tidak berusaha untuk mengenal hidupku. Hidup yang sangat aku cintai ini. Terima kasih untuk pengalaman yang begitu berharga ini. Kita tidak pernah tau bahwa kita berjodoh dengan seseorang atau tidak hingga akad terucap. Dan aku tidak ingin mendahului takdir dengan menumbuhkan rasa padamu yang sejak awal tidak menawarkan apa-apa padaku. Ini salahku. Seharusnya aku lebih kuat.

Pyuh, saat ini dengan penuh keyakinan gw terima hidup gw saat ini dengan syukur. Tidak apa-apa jika gw masih harus sendiri lebih lama lagi selama gw istiqomah memperbaiki hidup gw dan nggak menjadikannya sia-sia dengan segala hal tidak baik yang banyak gw lakukan dulu. Ada banyak hal baik yang bisa gw syukuri untuk bisa tetap optimis dan tegak berdiri dalam menjalani hidup. Ada Allah, Tuhan gw yang Maha Keren, yang selalu memberikan gw kejutan-kejutan indah setiap gw taat pada perintahNya. Ada banyak hal baru yang menanti untuk gw pelajari dan nikmati setiap pembelajarannya. Dan ada begitu banyak alasan buat gw untuk tidak merasa sendiri dan menyerah meski saat ini gw belum apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Tentang Bahagia

Hey!

Pakaian Perempuan