Filosofi Stroberi

Karena bulan September ini buruk buat saya, saya jadi lupa bahwa tahun ini adalah tahun kedua blog ini 'hidup'. Dan saya masih konsisten untuk menuliskan semua isi kepala, pengalaman hidup, dan hal-hal nggak jelas lainnya di sini. Alhamdulillah. Dan saya harus memberikan reward untuk diri saya sendiri atas keberhasilan itu ya.

Dan sekarang saya mau bercerita tentang pemikiran saya tentang stroberi. Saya memang orang yang agak filosofis, suka merenungkan hal-hal yang tidak penting sampai tiba-tiba menjadi sebuah kalimat yang dalam maknanya. Dulu sih sempat berniat kuliah filsafat juga kayak Dian Sastro, tapi karena ditakut-takuti oleh kakak saya yang katanya nanti saya jadi gila, niat itu urung dilaksanakan. Lagian juga ngapain saya capek-capek ambil jurusan IPA kalo ujung-ujungnya kuliahnya filsafat, mending sekalian ngambil Sosial aja kan?

Kenapa stroberi? Karena minggu lalu saya ke Ciwidey yang terkenal dengan stroberinya dan di mobil saya menonton film Indonesia yang judulnya Starwberry Surprise. Dan karena stroberi-stroberian itu, mau nggak mau saya jadi ingat filosofi yang saya buat sendiri tentang hidup dan stroberi sekitar enam tahun yang lalu.

Dalam film Strawberry Surprise, sang tokoh menggambarkan bahwa hidup itu seperti memakan sekotak stroberi. Kamu nggak tahu apa rasa stroberi yang kamu makan, maniskah, masamkah, pahitkah, tetapi kamu harus tetap menelannya. Memakan stroberi itu satu per satu sampai habis. Kamu beruntung jika dalam kotak stroberi itu ada satu saja stroberi yang manis, tapi nasib buruk buatmu jika tak ada satupun stroberi yang manis dalam kotakmu.

Saya agak setuju dengan filosofi itu. Tapi filosofinya terdengar familiar di telinga saya. Seperti filosofi dari sebuah film terkenal Forest Gump (1994), tetapi sekotak cokelatnya diganti dengan stroberi dengan dikasih tambahan kata sana-sini yang intinya tetap sama aja.
Sumber: https://howtosurviveinparis.wordpress.com/2015/05/11/10-inspiring-movie-quotes/
Nah, kalo filosofi stroberi versi saya murni hasil pemikiran sendiri. Itu karena dulu banget waktu masih kecil saya sama sekali nggak punya kesempatan untuk merasakan rasa stroberi yang asli. Semuanya selalu berupa makanan olahan seperti permen, sirup, obat batuk, dll. Dan saat merasakan rasa stroberi yang semanis itu, saya pikir bahwa buah aslinya pasti manis dan enak seperti makanan olahannya. Tetapi ternyata saya harus kecewa, karena sampai sekarang saya merasakan buah stroberi tidak ada satupun yang manis. Semua masam.

Meski masam, saya selalu memesan jus stroberi kemanapun saya pergi. Saya menikmati kemasaman rasanya dalam jus tersebut, yang sudah diberi gula tentu saja agar rasanya lebih manis. Dan sebenarnya informasi ini out of the topic sih :p.

Karena saya nggak pernah menemukan stroberi yang rasanya manis tetapi selalu menjadi manis saat menjadi makanan olahan dan saya mendengar ungkapan As sweet as strawberry yang entah darimana saya mulai berpikir kenapa stroberi selalu jadi simbol manis? Padahal rasa yang stroberi miliki adalah masam. Apa karena bentuknya yang terlihat manis? Kenapa tidak cherry? Hei, bahkan sampai sekarang saya belum pernah melihat cherry segar jadi tidak tahu bagaimana rasa aslinya. Dan jawaban yang bisa saya dapatkan dari pertanyaan saya adalah. Rasa asli stroberi memang masam, tetapi stroberi menjadi rasa yang manis, unik, dan lezat jika dicampur dengan bahan-bahan lain. Seperti gula dan es yang akhirnya menjadi jus. Atau cokelat. Atau susu. Atau bahan apapun. Rasa stroberi menjadi lezat dengan semua campuran itu.

Dan saat itulah saya berpikir hidup ini seharusnya seperti stroberi. Semasam apapun hidup yang kamu jalani, kamu harus tetap menjadi simbol manisnya hidup.  Biarlah rasa masam itu kamu nikmati sendiri, namun jangan biarkan rasa masam itu tetap masam tanpa menghasilkan rasa yang luar biasa jika bersinggungan dengan hidup yang lain.

Dan saya sampai sekarang masih mencoba untuk menjadi stroberi. Stroberi memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menciptakan rasa yang baru saat bertemu dengan rasa yang lain. Rasa yang saya sebut sebagai Fussion.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Tentang Bahagia

Hey!

Pakaian Perempuan