Menang, Kalah, atau Proses

Waktu gw lagi lucu-lucunya jadi pengangguran gw selalu nonton asian drama yang ditayangin kompas TV setiap jam 9 pagi. Saat itu yang lagi ditayangkan adalah drama Jepang 4 episode yang berjudul Proposal Brothers. Drama ini menceritakan tentang perjalanan cinta 4 saudara dalam menemukan cinta ditentukan dari sifatnya yang berdasarkan anak keberapa dia dalam sebuah keluarga.

Yang gw tulis ini bukan ngebahas tentang drama itu. Tapi tentang perjuangan si anak kedua yang bernama Jiro dalam mendapatkan cintanya. Cuma ceritanya dia aja yang benar-benar membekas dalam ingatan gw dan buat gw jadi menghargai proses.

Jadi karena si Jiro ini anak kedua maka dia terbiasa tidak menonjol. Dia terbiasa bekerja di balik layar. Karena fokus orang tuanya adalah si sulung yang diandalkan dan si bungsu yang dimanja (padahal kenyataannya nggak gitu juga). Suatu hari dia berkencan dengan resepsionis cantik di perusahaan kosmetik tempatnya magang, yang sayangnya dia harus bersaing dengan anak si pemilik perusahaan yang juga suka sama resepsionis cantik ini.

Bukan masalah sih buat Jiro. Karena toh resepsionis cantik ini memilih berkencan dengan Jiro. Tapi emang dasarnya si Jiro ini suka nolong orang dan nggak mau ambil resiko, adalah suatu kejadian yang bikin resepsionis cantik ini marah sama Jiro dan nggak mau kenal lagi sama cowok biasa aja yang namanya Jiro.

Mulai dari sini si Jiro stress. Dia sukaaaaa banget sama resepsionis cantik ini sementara si doi mulai deket sama anaknya yang punya perusahaan. Tiap hari kerjaannya Jiro jadi penguntit sampai ke sebuah studio dimana ternyata  si anak yang punya perusahaan ini menjadikan resepsionis cantik ini bintang iklan kosmetik perusahaannya.

Resepsionis cantik marah karena Jiro menguntit dan si anak pemilik perusahaan bertekad untuk lapor polisi karena ulah menguntit Jiro. Jiro yang mulai terdesak akhirnya mengaku pada resepsionis cantik kalo dia suka sama doi (sebelumnya cuma TTM gitu ceritanya). Ngaku kalo dia suka sama si resepsionis cantik ini bukan sesuatu yang mudah buat Jiro mengingat dia ini adalah anak tengah yang nggak terbiasa ambil resiko. Resepsionis cantik yang udah terlanjur kecewa sama Jiro ngasih dia satu syarat untuk mereka bisa berkencan. Yaitu, Jiro harus menang dalam presentasi marketing melawan si anak pemilik perusahaan.

Singkat cerita Jiro kalah dari presentasi marketing itu dan Jiro sudah berusaha dengan segenap kemampuannya agar bisa menang dari si anak pemilik perusahaan. Tapi apa daya, emang si Jiro ini kurang modal. Jadi yaa tetep aja kalah dengan presentasi si anak pemilik perusahaan yang prestisius itu. Eh, bukannya Jiro nggak punya kesempatan untuk menang loh. Pas sebelum si anak pemilik perusahaan melakukan presentasi flashdisk tempat dia naruh datanya rusak. Awalnya Jiro meninggalkan ruang presentasi dengan pongah dan bodo amat. Tapi akhirnya dia berbalik dan membetulkan flashdisk si anak pemilik perusahaan itu. Pada akhirnya Jiro kalah tapi yang gw suka dia juga nggak mau menang karena kesalahan teknis.

Trus gimana sikap si resepsionis cantik itu? Dia nunggu Jiro di luar gedung sementara udara dingin bersalju. Jiro menghampiri dia dan tersenyum kecut sambil berkata, "Aku kalah." Kemudian berjalan meninggalkan si resepsionis cantik. Dan di luar dugaan si resepsionis cantik malah menggandeng lengan Jiro kemudian mengajaknya memancing di akhir pekan.

Resepsionis cantik ini ngajarin gw satu hal. Bahwa laki-laki biasa dengan proses yang luar biasa memang layak untuk ditemani perjuangannya meski akan ada banyak kekalahan yang dia dapatkan. Dan sebaliknya, bukanlah sesuatu yang membanggakan bagi seorang laki-laki yang memiliki kemenangan, tetapi dia tidak pernah mengenal yang namanya proses.

So, hidup ini proses. Bukan sekedar menang atau kalah. Tapi cara kita untuk mendapatkan kemenangan itulah yang juga patut dihargai 😙

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Tentang Bahagia

Hey!

Pakaian Perempuan