Kita dan Bintang

Ranu kumbolo hampir tengah malam.

Gilang dan Karin tidak saling berbicara.  Tidak juga saling menatap. Hanya berbaring di rumput sebelah api unggun yang hampir mati.

Semua orang yang ada dalam rombongan tur mereka sudah masuk dalam tenda sejak satu jam yang lalu, bahkan mungkin sebagian sudah terlelap. Suara rombongan lain yang juga berkemah di tempat itu bersama merekapun semakin berkurang. Tergantikan oleh nyanyian alam dikala malam.

Biasanya hanya malam di taman di tengah kota Jakarta yang mereka nikmati. Malam-malam yang panas ditemani dengan sekaleng kopi dingin atau es krim. Namun kini, mereka hampir menggigil kedinginan meski sudah memakai berlapis-lapis pakaian.

Mereka masih saja diam. Menikmati apa yang alam sajikan untuk mereka.

"Do you like it?" Tanya Gilang disela nyanyian jangkrik yang mendominasi suara malam itu.

"Like?What did you mean?" Karin meralat pertanyaan Gilang, "I love it! Really love it!"

Gilang tertawa sebentar dan kemudian kembali terdiam. Sepertinya berbicara adalah sebuah polusi yang membuat nyanyian alam tak merdu lagi.

Karin menarik nafas panjang untuk menghirup aroma lembab malam sebanyak mungkin. Membuka telinga lebar-lebar untuk mendengar nyanyian sunyi malam sebanyak mungkin. Menahan kantuk sekuat tenaga untuk merekam indahnya bintang yang bertaburan di langit malam di Ranu Kumbolo sebaik mungkin.

Dan rasakan semua bintang
Memanggil tawamu terbang ke atas
Tinggalkan semua...
Hanya kita dan bintang
(Peterpan - Aku dan Bintang)

Gilang bernyanyi dengan suara parau akibat kedinginan.

Karin tertawa mendengar nyanyian sumbang Gilang.

"See? You laughing. And your laugh is flying to the stars." Gilang ikut tertawa.

"How romantic!"

"Yes, I am." Kata Gilang sombong, "So, would you be my girlfriend?"

"Nope." Tanpa berpikir Karin langsung menjawab pertanyaan Gilang.

"Why?" Gilang bertanya sambil menoleh pada Karin. Menunjukkan wajah putus asanya. Bahkan ia juga sudah tidak bisa lagi menghitung sudah berapa kali ia mengajukan pertanyaan itu pada Karin dan jawabannya selalu sama.

"Because you're only a bocah." Jawab Karin santai.

"I'm just 5 years younger than you. I'm not bocah. I'm mature enough."

"Proof then." Karin masih tetap santai.

"How?"

"Find it by yourself."

"If I can proof that, would you be my girlfriend? No, would you be my wife?"

Karin menoleh karena kalimat terakhir yang diucapkan Gilang.

"Ah, so you don't want to be my girlfriend but my wife, do you?"

Karin tersenyum, "Just proof."

"Ok, deal!" Gilang mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Karin.

Karin menyambut tangan Gilang. Mereka bersalaman kemudian kembali terdiam sambil menikmati apa yang alam sajikan untuk mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dialog Tentang Bahagia

Hey!

Pakaian Perempuan